Februari 21, 2014

Hanya Satu Saja ...

Empat tahun bukan waktu yang sebentar, dan bukan juga waktu yang mudah dilalui. Beragam masalah menguji kita satu per satu, tak kunjung usai. Tak ada yang salah disini, semua adalah proses kehidupan. Merasakan, memikirkan, dan menyelesaikan. Pelajaran berharga yang akan kita pegang hingga nanti. Aku akan memutuskan hubungan ini ketika aku siap. Tidak sekarang tapi segera. Saat semuanya berada dalam waktu yang tepat. Moment berharga yang sekiranya hanya ingin aku jalani sekali seumur hidupku. Moment terindah yang akan merubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Moment terbaik yang selanjutnya akan ku isi dengan suka duka. Semuanya hanya ingin aku lalui dengan satu saja. Satu yang mampu buatku tertawa. Satu yang mampu buatku marah. Dan satu yang mampu buat semua ini jadi sempurna.

Dear my Lord ...

Rasanya cukup lelah, ketika aku semakin menyadari bahwa aku belum menjadi berarti. Banyaknya kekacauan yang hinggap hingga saat ini belum mampu teratasi. Percakapan satu arahku dengan Dia mungkin belum membuahkan hasil yang memuaskan. Komunikasi yang jarang dijalin adalah penyebabnya. Aku merasakan itu dan aku mengakuinya. Aku dan Dia belum berkomunikasi dengan baik. Sepertinya aku egois, karena jarang membangun komunikasi dengannya. Tapi aku tak pernah khawatir, karena Dia akan selalu menyayangi ku seperti dia menyayangi yang lainnya. Keadilannya belum tentu serupa, namun semuanya diberikan setara dengan kemampuannya.
Just only one God in the universe, Allah SWT.

Metropolitan

Hari ini sabtu, begitu bergejolaknya hati ketika lelah benar-benar menghampiri. Tanpa sadar hembusan angin kencang itu menaburkan butiran air ke wajahku. Suasana masih cukup pagi, namun bagiku sudah cukup lengkap hari ini aku lewati.
Begitu banyak warung internet yang pernah aku kunjungi, tetapi warung yang satu ini begitu spesial. Pelayanan operator yang "sangat memuaskan", tempat yang begitu "nyaman", dan toilet yang sungguh benar "bersih" nya. Planet namanya, berada di sekitar jalan teratai putih raya ibukota. Tak ingin sekali pun aku kembali ke tempat itu.
Kemudian, setelah itu. Berjuta-juta air menerjang tubuhku. Melembabkan pakaianku hingga tak bersisa.
Ku laju cukup cepat kendaraanku, dan di pasar itu ku temui manusia yang lebih egois dari diriku. Sopir itu menghentikan lajunya tanpa menghiraukan kemacetan dibelakangnya. Teganya dia menyiksa kami yang berada dibelakangnya. Beberapa anak kecil menggigil dibuatnya.
Terlanjur dengan semua itu, laju kendaraanku mulai ku turunkan. Namun beberapa dari mereka tak peduli dengan yang lainya. Meningkatkan laju dan membuat noda disekitarnya.
Apakah seperti ini kota Metropolitan?
Kota dengan gedung bertingkat dan pakaian berdasi. Jangan kemari jika kau hanya ingin satu hingga dua rupiah saja. Itu semua akan menjebakmu disini.

-Catatan kecil hidupku-