Hilangkan itu akan buatku lebih bahagia. Jauhkan itu akan
membuatku tidak takut untuk kehilangan. Karena hal itu yang terpenting dalam
hidupku. Yang selalu ingin aku genggam tanpa harus aku lepaskan. Akan ada masa
dimana semua itu terlepas dengan sendirinya. Dan aku akan tetap bahagia, dan
aku tak akan merasa kehilangan ketika hal itu terlepas dari diriku nanti. Semua
itu agar aku dijauhkan dari air mata dan kesedihan yang tiada berarti. Karena
semua itu sudah terekam dalam memori hati ini.
April 22, 2013
Peka itu tidak mudah....
Aku benci jika harus berteriak diwajahmu, sebenci aku ketika
amarahku tak terkontrol. Aku benci rasa itu terlalu besar tersimpan dihatimu,
menjadikannya drama untuk hilangkan resahmu. Tak terbayang keraguan dalam
dirimu, percaya akan ketidakpercayaanmu. Ucapan terucap dan tindakan terlihat.
Tak ingin menyalahkan, tak ingin melimpahkan. Layaknya tak terkontrol semua tak
terhindari. Begitupun rasa itu tersimpan dihatiku, begitu pula rasa itu
memberontak jiwaku. Terkoyak dalam tubuhku dan tak terlintas dalam senyumku.
Bertahan disini tidak lain hanya untuk bahagiaku, melepaskan takkan mampu
bagiku. Hingga nanti akan disadari betapa menyesalnya tak membuang rasa itu.
Rasa yang akan menjadikan penyesalan, menjauhkan kebahagiaan, dan terlepas dari
rasa memiliki.
April 19, 2013
MERAPI 2010 .....
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya sebagai
relawan di Jalin Merapi. Mungkin banyak orang yang tidak mengerti apa itu Jalin
Merapi. Jalin Merapi merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang bencana,
sosial, dan kemanusiaan. Tujuan dari organisasi ini adalah memantau aktivitas
gunung merapi, dan berbagai kegiatan lainnya.
Disinilah awal kisah saya dimulai, kala itu banyak berita
yang beredar tentang aktivitas gunung Merapi yang mulai meningkat dari hari ke
hari. Dikoran, radio, dan televisi pun menayangkan dengan siaran langsung
bagaimana aktivitas gunung ini telah menjadi berita utama diseluruh nusantara.
Gak pernah sih ada niat buat jadi seorang relawan. Tapi pada malam itu, tanggal
27 Oktober 2010 lalu, ketika berita meletusnya gunung Merapi santer terdengar
saya pun penasaran dengan keadaan didaerah kaliurang, Jogjakarta. Saya ketika
itu sedang makan malam bersama pacar saya disekitar kaliurang km7. Jalur menjadi
padat seketika, mobil ambulan sibuk naik turun di daerah kaliurang. Karena rasa
penasaranku, setelah makan saya mengajak Anin (pacar saya) untuk jalan-jalan
tuh ke kaliurang. Anin setuju dan kita berdua meluncur menuju km20. Disana
seperti pasar, banyak kerumunan orang dan banyak mobil ambulan. Jalan telah di
blokir. Tak ada satupun kendaraan yang boleh melintasi daerah km20 keatas jika
memang tidak ada keperluan yang mendesak. Agak kecewa sih, soalnya kita gak
dapet berita apa-apa disana. Pulang dengan tangan kosong dan penasaran yang
makin menjadi. Anin pun membuka akun twitter nya untuk mencari berita seputar
gunung Merapi. Otak atik sana sini, cek sana cek sini, ketemu deh tu akun Jalin
Merapi. Di akun itu semua berita tentang perkembangan gunung Merapi sangat up
to date. Dan pada saat itu kita ketahui gunung Merapi belum meletus. Tapi tadi
sepanjang perjalanan kami turun dari kaliurang, abu vulkanik sudah mulai
bertebaran. 28 Oktober 2010 dini hari, berita Merapi pun langsung mencuat,
hastag prayformerapi menjadi trending topik saat itu di twitter. Merapi
mengeluarkan letusan pertamanya saat itu juga. Berita tentang korban dari
letusan Merapi semakin banyak, Merapi marah, meluluh lantahkan sebagian daerah
dekat kawah Merapi. Banyak berita dan semakin bertambahnya korban membuat saya
dan Anin mencari jalan untuk menjad seorang volunteer. Dan Allah mendengar doa
kami, langsung dari akun Jalin Merapi meminta kepada kawan-kawan yang berminat
menjadi relawan bisa langsung datang ke camp team SAR di dekat daerah Tugu.
Seperti yang tertera di info, kami pun tiba tepat waktu jam8 pagi. Kami semua calon relawan Merapi dikumpulkan
dan akan dibagi kawasan wilayah. Kebetulan saya dan Anin mendapat daerah
Mungkid, Magelang. Setelah briefing, kami langsung menuju lokasi yang menjadi
pos pertama kami. Hari itu, Jumat 29 Oktober 2010, kami sampai jam setengah12.
Dan langsung dilanjut menunaikan sholat Jumat bersama relawan-relawan yang
lain. Hari pertama kami belum berarti apa-apa. Belum ada pekerjaan yang pasti,
hanya menunggu perintah dari atasan. Ketika hari menjelang senja, kami telah
mendapat pos sendiri. Nama pos kami Jalin Merapi 2, dengan Mr. Deka sebagai
koordinator nya dan Alan sebagai wakil koordinatornya. Relawan di JM2 cukup
banyak sekitar 12 orang kalau tidak salah. Pos kami berada di daerah Srumbung,
12km dari gunung Merapi. Dari pos kami sekitar 4km keatas kita dapat langsung
melihat gunung Merapi dengan sangat jelas. Dan hari pun berlalu, pasca pertama
Merapi meletus sudah banyak bantuan dari dermawan yang kami terima. Mulai
logistik, sampai pakaian bekas layak pakai. Jeda beberapa hari kemudian Merapi
mulai meletus dengan hebat. Warga panik menyelamatkan diri masing-masing, dan
kami relawan harus berada di garis depan karena itu sudah menjadi tugas utama
kami. Membantu warga untuk evakuasi dari lokasi bencana. Saya lupa saat itu
hari apa, yang jelas keadaan semakin memburuk. Semua warga diungsikan. Dan
jarak aman meningkat dari 12km menjadi 20km, dikarenakan letusan Merapi jauh
lebih besar dari sebelumnya. Mungkin jika kalian berada disana kalian tak akan
mampu bayangkan bagaimana kepanikan seluruh warga disana. Crowded banget. Kami
pun para relawan harus mundur hingga desa Salam. Batas aman 20km dari gunung
Merapi. Keadaan saat itu gelap gulita, padahal hari masih siang. Langit
diselimuti debu dan abu vulkanik dari Merapi. Dan hujan pasir pun mewarnai
setiap jalan di daerah kabupaten Magelang. Jalan-jalan tertumpuk abu vulkanik
hingga setebal 15cm. Kendaraan susah berjalan karena jarak pandang saat itu
sangat terbatas. Kami pun mengungsi ke SMA Salam, tapi sayangnya kami tidak
mendapat pos disana, akhirnya mas Budi (tetua di Jalin Merapi) mencari solusi
lain. Kami mencari tempat yang cocok untuk pos kami. Dan selama seharian itu
kami terlunta-lunta. Merapi tak henti-hentinya mengeluarkan isi perutnya. Hampir
setiap waktu dentuman dari arah Merapi yang kami dengar. Selama menjadi
relawan, hp kami tak hentinya berbunyi. Banyak sanak keluarga yang
mengkhawatirkan keadaan kami, banyak juga yang memberi pesan meminta bantuan
logistik. Tenaga kami dikuras habis, dan kami tak memiliki waktu untuk
beristirahat. Akhirnya setelah terlunta-lunta, kami mendapat pos baru didaerah
Ketep. Dengan kendaraan seadanya kami menuju pos baru itu. Disana jaraknya
sekitar 15km. Kami pun agak terkejut karena menurut berita jarak aman berada
pada 20km dari Merapi. Cukup was-was dan takut tapi kami tidak gentar. Ini
adalah tugas mulia yang allah percayakan pada kami. Banyak relawan yang kembali
ke jogja untuk melihat keadaan kost nya. Alhasil pada saat itu, yang menuju pos
baru hanya deka, alan, saya, dan anin. Mana kondisi kendaraan kami rusak parah,
motor deka dan alan rem belakangnya rusak. Nah saya, dari awal menjadi relawan
hanya membawa vespa butut. Tapi syukurnya si vespa gak ngambek, lancar jaya.
Sampailah kami di pos baru kami, dan pos baru ini ternyata
rumah dari kepala desa disana, kami pun dijamu dengan berbagai makanan ala
kadarnya. Dasarnya uda laper berat, kami hantam hingga tak bersisa. Sekitar jam
sembilan malam kami tiba di pos JM2 yg baru itu. Kami pun merebahkan diri untuk
istirahat sejenak. Dari pos baru kami ini lebih terdengar jelas dentuman Merapi
yang tidak berhenti-henti. Karena rasa lelah kami pun tak menghiraukan. Satu
kejaian ini yang membekas diingatan saya. Ketika itu, kami sedang tertidur
lelap ditemani gempa tremor kecil yg berkelanjutan. Sekitar jam sebelas lewat
empat puluh lima menit, gempa tremornya meningkat drastis. Seluruh kaca
bergetar, dan lantai yang kami pijak bergoyang dahsyat. Saya dan Anin pun
terbangun dan sontak teriak gempa. Deka yang pada saat itu tidur berbagi sarung
dengan Alan bangun dengan panik, danterjatuh dari dipan karena sarung yang
mereka pakai susah dilepas. (secara satu sarung dipakai untuk berdua).
Sesaat kemudian, suara ledakan besar membuat seluruh warga
panik, mereka berhamburan menyelamatkan diri. Dan kami tidak boleh panik, kami
tetap pada tugas kami. Apapun yang bisa kami bantu pasti kami bantu. Saat itu
hanya membagikan masker yang bisa kami lakukan. Didalam rumah ada ibu kades
beserta nenek dan anaknya. Kami bingung bagaimana mengevakuasi mereka. Karena
terlalu sepuhnya (tua) si nenek jadi agak sulit untuk berjalan. Kami pun
mencari ambulan disekitar lokasi kami, dan alhamdulillahnya masih ada ambulan
yang stay disekitar lokasi kami. Si nenek pun langsung kami evakuasikan ke
bawah. Masalah belum selesai sampai disini, ibu kades dan anaknya juga ga bisa
kami tinggal. Kami pun berbagi kendaraan. Alan membawa ibu kades dan anaknya.
Dan saya membawa Anin dan Deka. Karena terpaksa, si vespa pun harus kerja rodi
ngangkut kami sampai bawah. Sudah merasa nyaman dapet tempat istirahat,
sekarang sudah harus ngungsi lagi. Hahahaha .... Nasib nasib. Sesampainya
dibawah, kami terlunta-lunta kembali, hilang arah. Handy talkie dan hp sudah
mati. Karena listrik disana dimatikan. Kami pun menunggu dipiinggiran jalan.
Tidur di emperan jalan hingga pagi. Untungnya ketika pagi, tim bantuan datang
menjemput. Kami diungsikan ke daerah mungkid. Seorang kawan dari mas Budi.
Disanalah pemberhentian kami yang terakhir. Pos JM2 Mungkid. Dan semakin hari semakin
banyak relawan yang mendaftar lagi. Kami bisa sedikit lebih tenang
beristirahat, karena pos kami berada didaerah aman bencana. Hari hari
berikutnya, kegiatan kami adalah menyalurkan bantuan ke pos pengungsian.Merapi
pun mulai mereda, letusannya tidak sedahsyat sebelumnya. Tapi ada kekhawatiran
lain disini, yaitu lahar dingin. Lahar ini sama berbahayanya dengan letusan
Merapi. Karena lahar ini membawa jutaan kubik pasir dari letusan Merapi.
Bangunan-bangunan rumah hancur, infrastruktur jalan juga hancur diterjang lahar
dingin. Jembatan banyak yang roboh tak kuasa menahan laju lahar dingin.
Semuanya itu saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Betapa dahsyatnya
kekuatan alam. Jika Allah sudah berkehendak tak ada satupun makhluk yang dapat
menghindari kehendaknya. Pemandangan kerusakan massal tiap hari kami lihat di
Magelang. Ketika keadaan mulai mereda, kami kembali ke Srumbung, pos JM2
pertama kami. Untuk mengambil sisa-sisa barang yang bisa kami selamatkan. Awal
kami datang ke desa ini, semua berwarna hijau, asri dan alami. Tapi kini yang
kami lihat, semua tanaman mati, hanya warna abu-abu yang kami lihat.
Bangunan-bangunan banyak yang rata dengan tanah. Mas Pandu adalah pemilik rumah
dimana Pos JM2 pertama kali berdiri. Saat dia melihat kampung halamannya, diatas
mobil box dia membacakan sebuah puisi yang berisikan tentang kesedihannya,
luapan hatinya melihat kehancuran desanya. Tak kuasa air mata pun menetes dari
matanya. Rumahnya hancur, atapnya tak kuasa menahan bobot dari pasir yang
begitu banyak. Tak banyak yang bisa kami selamatkan dari sana. Hingga awal
Desember kami mendedikasikan diri sepenuhnya menjadi relawan Jalin Merapi.
“Tulisan ini saya buat untuk mengenang kejadian letusan
Merapi 2010, dan tulisan ini saya dedikasikan untuk semua kawan-kawan Jalin
Merapi yang rela meluangkan waktu dan mempertaruhkan nyawa demi membantu
sesama.”
_____________________________”GOD BLESS YOU GUYS”
____________________________
April 17, 2013
Tuhan Maha Segalanya ..... (Real Story dari Pantai Baru Bantul - Gangguan Makhlus Gaib)
Kisah ini senyata kisah sebelum-sebelumnya ....
Kisah ini menceritakan tentang saat maut akan merenggut dua temanku ketika kami berlibur di pantai baru Bantul Yk.
Rencana liburan berkemah di pantai sudah menjadi fokus utama kami saat itu, karena kepenatan perkuliahan yang kami jalani di kampus. Kemudian rencana ini hanyalah sebuah rencana tak pasti. Karena setelah selang beberapa minggu kemudian rencana ini baru terealisasi. Kebetulan kami merencanakan berangkat ke pantai tepat hari Kamis sebelum Jumat Kliwon. Hahaha .... Sebenarnya ini semua tidak kebetulan, karena kami memang sengaja mengambil saat itu karena moment nya pas untuk merasakan malam Jumat Kliwon di pantai baru.
Hasil rembuk sudah deal, kami berangkat jam delapan pagi. Tapi yah, namanya Indonesia, segalanya ngaret hingga akhirnya kami berangkat sekitar pukul sepuluh. Perjalanan dari Jogja ke pantai baru di bantul sekitar dua jam-an. Kamis siang tepat saat dhuhur kami tiba di pantai baru. Beristirahat sejenak disalah satu rumah warga disana yang kebetulan merupakan sanak saudara dari salah satu peserta liburan. Hari pun menjelang sore, kami bergegas menuju pantai untuk menyiapkan tenda dan segala kebutuhan liburan kami. Acara malam itu simpel dan wajar seperti acara berkemah pada umumnya, yaitu bakar ikan dan api unggun. Kami ber 15 orang yang berlibur, tanpa kami sadari, kami mulai membentuk koloni masing-masing. Karena diantara kami memiliki minat yang berbeda-beda. Koloni pertama adalah koloni yang suka membicarakan hal gaib (termasuk aku sendiri) kami ber-enam membicarakan hal-hal gaib dan berkeliling mencari fenomena-fenomena yang tersembunyi di alam bebas pantai baru. Koloni kedua, adalah kaum yang akan merinding bulu kuduknya jika mereka mendengar hal gaib. Akhirnya mereka memisahkan diri. Mereka pun ber-enam. Mereka menikmati liburannya dengan bersenang-senang, bermain gitar mengelilingi api unggun, dibawah sinar bulan yang kebetulan saat itu lagi bersinar terang, dan bermain-main di bibir pantai mencari kepiting-kepiting kecil. dan Koloni ketiga adalah anak2 baru masuk kuliah yang juga memiliki rasa penasaran akan hal gaib. kebetulan mereka belum terlalu akrab dengan kami hingga mereka memisahkan diri. Malam itu, malam jumat kliwon semua berjalan lancar tanpa ada gangguan yang berarti. Hanya beberapa dari kami melihat sesuatu di bibir pantai. seperti apa yang kita lihat yah itu merupakan bayangan gelap hitam pekat besar sangat besar. mungkin sekitar dua meter tingginya. kalian bisa bayangkan seberapa besar makhluk itu. tapi untungnya makhluk itu hanya berada di bibir pantai. Ada juga yang merasakan tanah yg kami pijak ini sedikit bergetar, entah itu gempa (kebetulan saat itu Bantul lagi rajin-rajinnya gempa) ataukah langkah dari makhluk misterius itu. Tapi kami mencoba untuk tidak menghiraukannya. Malam pun semakin larut, api unggun mulai memudar, hanya tersisa bara api yang masih menyala. Semua keindahan pantai belum bisa kami nikmati, hanya suara deburan ombak yang menghantam bibir pantai yang kita dengar. Kami semua begadang sampai menjelang pagi, hanya beberapa yg tertidur karena kecapean, Mereka lebih memilih tidur dekat api unggun karena hangat dan ramai. Mereka takut jika tidur didalam tenda. Tapi tidak dengan pacarku. Karena dia tidak suka keramaian, akhirnya dia tidur di dalam tenda sendiri. Tak beberapa lama setelah aku tingglkan dia sendiri didalam tenda dan aku kembali kumpul dengan kawan-kawan, dia memanggil aku, sedikit pucat entah apa yang terjadi. Ternyata dia gak bisa tidur, seperti ada yang mengawasinya dari luar tenda, dia merasakan ada yang berjalan-jalan disekitar tenda. Tanpa basa basi aku langsung cek sekitar tenda dan hasilnya nihil, tak ada apa-apa disekitar tenda. Ketika aku aku mengabadikan lewat foto, ada beberapa foto yg menangkap ORBs yg cukup besar. Mungkin itu yg mengganggu dia saat didalam tenda. (sekedar catatan: pacarku memiliki six sense, dia dapat melihat dan merasakan hal-hal gaib disekitarnya). Karena cukup takut, akhirnya aku sarankan tidur bareng kawan-kawan yang lainnya. Dan malampun berlalu, semua masih aman terkendali. Mentari pun memancarkan sinarnya, ppagi telah tiba. Kami semua berolahraga, niatnya sih biar badan tetap fit tapi apa mungkin sih setelah begadang semaleman lalu kami olahraga. hahaha... olahraga voli yg menjadi acara pagi ini. semuanya bersemangat untuk main voli, sampai tenaga mereka terkuras. Entah ini skenario alam atau memang suatu kebetulan tapi ternyata semua sudah ada yang merencanakan. Tanpa kami sadari kejadian yang tidak kami inginkan pun terjadi.
Setelah puas bermain voli, dua orang kawanku (dari koloni satu/koloni mistis) merasa pusing berat sampe mereka akhirnya tidur lelap didalam tenda. yang lainnya bermain di pantai menikmati indahnya, bermain pasir, dan main air. Sebelumnya sudah diperingatkan oleh warga disekitar pantai, tolong ketika bermain di pantai jangan terlalu jauh mainnya karena ombak disini lagi cukup besar. tapi sayangnya itu tidak dihiraukan. koloni dua dan koloni tiga bermain dipantai. yah namanya juga liburan, mereka pun bersenang-senang tanpa berwaspada. dua orang dari koloni satu memilih untuk berada di warung untuk menyantap kopi dan menghisap rokok. Aku dan pacarku kebetulan kami membawa kamera, yah foto-foto deh. awalnya kami berdua foto di bibir pantai karena view nya cukup indah untuk diabadikan. Tapi selang tak lama dari itu, sekitar pulul delapan pagi, si doi ngerasa gak nyaman tuh berada dipantai. Gelagatnya uda bisa aku liat kl dia abis ngeliat sesuatu di pantai. Akhirnya aku ama doi foto-foto disekitar tenda, dan koloni dua masi asik bermain di pantai. koloni tiga entah dimana keberadaan mereka. sekitar pukul sepuluh, aku ama doi balik ke warung bwt sarapan rencananya. Tapi tak berapa lama, salah satu teman dari koloni dua teriak2 dari deket tenda. beginilah percakapannya:
"don, don" ompong manggil doni sambil berteriak. aku sahut, "ada apa pong? doni lagi makan", dengan gugup dan panik, "itu,itu, putri. ombak. ombak. kegulung. putri". Tanpa pikir panjang, nalar seadanya, sudah jelas percakapan kami. Dan nyata, putri beserta yang lain tergulung ombak. Aku dan dedy, lari menuju pantai, aku dan dedy cuma berpikir, wah mati ne mati, kegulung ombak. mati ini mati. Sesampainya di pantai, aku lihat, aku kaget, mereka berenam panik dan seluruh tubuh mereka dibaluri pasir pantai. Bukan hanya putri yang kesapu ombak tapi mereka berenam tersapu semua. cuma putri yang paling parah nasibnya. Uda keliatan kaya manusia pasir di film spiderman gitu. Putri g bisa gerak, lemes, akhirnya harus digotong, putri memang gendut dan berat, tapi empat orang laki2 yg ngangkat putri ga kuat nahan berat badan putri, seakan berat badannya meningkat dua kali lipat. dengan segala upaya akhirnya putri dievakuasi ke warung. dia hanya menangis minta pulang. tatapannya kosong. aku dan dedy curiga, terutama pacarku, kami bertiga curiga kalo putri sedang dirasuki makhluk gaib. dan ternyata hal itu benar adanya. putri minta pulang, tapi malah bersikap ingin lari ke pantai lagi. untung kami sigap menangkap putri,menahan putri agar tidak lari balik ke pantai, ucapan putri selalu bilang ingin pulang,pulang, dan pulang. Aku tanya, putri mau pulang kemana? dia cuma menjawab, aku pengen pulang aku pengen pulang sambil menatap pantai.
Cerita tentang putri, di stop dulu disini. Kiata flashback ketika aku dan pacarku berfoto-foto di dekat pantai. Aku bilang, ada apa tadi minta pergi dari pantai? kamu lihat sesuatu ya?, ceweku cuma jawab gak ada apa-apa. Tapi aku tahu dia bohong, aku desak dia, dan dia pun cerita, "aku lihat dua orang tinggi besar memakai jubah kerajaan kraton gitu. membawa pedang seperti pengawal-pengawal kerajaan. mereka berdua berdiri didekat palung pantai itu." Aku merinding mendengar apa yang dikatakan ceweku. Aku kembali ke pantai dan aku bilang ke koloni dua, "woy, ati-ati ya. jgn ngomong kasar". Tapi kayanya mereka terlalu asik bermain hingga aku tidak mereka hiraukan. Ya sudah aku kembali, dan kami berdua pergi ke warung.
Disaat putri digotong menuju warung, ceweku ngeliat sosok anak kecil mengikuti kami dari belakang. Dia kira itu warga disini, tapi setelah sadar gak ada tuh anak-anak saat peristiwa itu terjadi.
Karena putri masih syok, dan dipengaruhi makhluk gaib, akhirnya dia dibantu dengan kawan2 perempuan membersihkan diri, karena pasir yang terbawa di tubuh putri bisa menjadi loncatan bagi makhluk itu untuk terus mengikuti putri. Tapi sebelum putri membersihkan diri, dia mulai berontak kembali meminta pulang. Seperti sebelumnya dia minta pulang dan ingin kembali ke pantai. Akhirnya kami coba membaca ayat kursi, salawat nabi, dan doa-doa lainnya. Ceweku dan dedy memegang bagian kaki putri dan yg lainnya membantu menahan putri agar tidak berontak, karena putri mulai diluar kendali kami. Kami semua membacakan doa-doa sebisa kami. ketika aku membacakan doa-doa dengan menempelkan telapak tanganku di dahi putri, dan putri pun berontak. Dahi nya menjadi merah seperti kepanasan. dan ketika ceweku mencoba memegang kakinyaputri pun berontak dengan menendang-nendang. Dari sini kita menyadari bahwa putri sepenuhnya sudah dipengaruhi makhluk tersebut. Mulutnya tak henti-hentinya meminta untuk pulang tapi tidak mau bilang pulangnya kemana. cuma bilang mau pulang ke rumah. Segera setelah itu, kuncen pun datang untuk mengeluarkan makhluk yg merasuki putri. Ketika proses berlangsung ceweku mengatakan, "saat prosesi pengeluaran makhluk gaib itu aku melihat cahaya keluar dari tubuh putri dengan cepat." Setelah prosesi selesai putri pun lemas, dan ketika ditanya putri mau pulang kemana, dia menjawab dia ingin pulang ke jogja, bukan pulang ke rumah. Kami pun lega, makhluk itu sudah pergi. Dengan segera putri pun dibawa pulang dengan dikawal teman2. karena kami harus membagi tugas. Kami harus meminta maaf pada penunggu dari Pantai Baru dan sisanya membawa putri pulang ke jogja. Dari awal putri di bawa ke warung suasana disekitar benar-benar mencekam. Seperti ada aura lain yang menyelimuti kami. Ombak pun, saya berani bilang tiga kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Beberapa dari kami termasuk ceweku ikut menuju pantai untuk menyampaikan rasa bersalah dan meminta maaf atas kelalaian teman kami. setelah kami meminta maaf, entah apa yang terjadi, ombak kembali tenang. Dan kami kembali ke jogja.
Kronologi Kejadian :
Mereka (ompong, huda, putri, lia, dan doni) bermain di pantai ....
Begini obrolan mereka, "mana ombaknya? kalo jauh ombaknya dateng, kalo dideketin ombaknya gak ada sama sekali", mereka semakin maju ke arah laut. tak berapa lama, ombak pun datang menghantam lia dan menariknya ke tengah laut, melihat lia ketarik ombak, ompong pun mencoba menarik lia, tapi ompong pun tak mampu menarik lia. Akhirnya huda menarik Lia, dan lia berhasil keluar dari gulungan ombak. Tapi malah Huda yang kegulung ombak, dan putri mencoba menolong Huda dibantu Doni. Huda selamat, tapi putri tak terlihat. Semua hening seketika, Huda tidak menyangka kejadiannya bakal seperti ini. Didalam hati huda berkata, "ya Allah, jika engkau memang mengambil nyawa temanku, aku ikhlas ya Allah", setelah huda mengungkapkan itu tiba-tiba Huda merasakan ada yang menggenggam kaki kanannya. Ketika dia lihat, ternyata itu putri. Yang sudah tak berdaya memeluk kaki kanan Huda. Mereka pun segera menarik Putri menjauhi pantai.
Huda memberikan sedikit gambaran ketika dia digulung ombak, "Aku gak ngerasa basah, aku seperti didalam sebuah gelembung besar dengan cahaya putih yang berkilauan, aku tertegun dan membatin apakah aku sudah mati dan berada di alam barsah?" dan tiba-tiba aku mendengar suara Allahu Akbar Allahu Akbar sebanyak 2x. Dan aku pun tersadar sudah berada dipinggir pantai.
Putri pun mengungkapkan hal yang sama seperti Huda, dia merasa berada di suatu tempat dan tidak basah. terlihat cahaya putih yang begitu terang. Dan tiba-tiba dia sudah memeluk kaki Huda.
Kejadiannya begitu cepat dan kami tak begitu menyadari seluruh kejadiannya. Yang kami sadari bahwa kami masih diselamatkan oleh Tuhan.
Hikmah yang bisa kita ambil adalah "Jangan pernah berucap kasar pada alam, dan jangan pernah menantang kekuatan alam."
Ini beberapa gambar yang bisa saya abadikan sebelum kejadian :
Dari kiri atas : Dimas, Dedy, Ary, Huda, Rendy, Fala, Lia, Anin, Putri
Dari kiri bawah : Ompong, Ucup, Doni, Dony
dan saya yang moto, dan ada satu orang lagi yang tidak ikut foto (Budi).
Inilah sosok seorang Budi.....
Saat acara api unggun ...
ini pas bakar ikan ....
ini pas di pantai malam jumat kliwon ....
ketika bermain gitar ditengah lapang ...
ini saat kami bermain voli .....
ini sebelum kejadian, dan saat kejadian dari sini ombak terlihat dengan jelas ketinggiannya melewati garis pasir didekat tenda kami.....
sebelum kejadian ombak hanya bisa dilihat dari jarak segini ...
tepat dibelakang foto cewe ku inilah tempat 2 sosok gaib itu berdiri ....
tepat agak kedepan sedikit lokasi 2 sosok besar itu berdiri ....
foto-foto diatas saat mereka bermain di pantai sebelum kejadian ....
disinilah aku dan cewe ku mengambil gambar setelah pergi dari pantai gara-gara melihat 2 sosok besar itu ....
Langganan:
Komentar (Atom)